Tuesday, November 27, 2012

Ulasan Mengenai Emosi Positif


Seringkali kita merasa bahwa pengertian dari emosi itu sendiri adalah pengungkapan perasaan yang menjurus atau cenderung mengarah pada sisi negatif. Padahal pengertian emosi itu sendiri lebih luas daripada pengertian tersebut. Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan yang mendalam mengenai emosi itu sendiri. Banyak orang tidak tahu menahu mengenai emosi atau besikap negatif terhadap emosi karena kurangnya pengetahuan akan aspek ini. Seorang anak yang terbiasa dididik orang tuanya untuk tidak boleh menangis, tidak boleh terlalu memakai perasaan akhirnya akan membangun kerangka berpikir bahwa perasaan, memang sesuatu yang negatif dan oleh karena itu harus dihindari. Akibatnya anak akan menjadi sangat rasional, sulit untuk memahami perasaan yang dialami orang lain serta menuntut orang lain agar tidak menggunakan emosi. 

Emosi merupakan suatu tindak lanjut atau perwujudan perilaku atas stimulus yang diterima oleh individu atau kelompok, sehingga perwujudan dari perasaan itu dapat tertuang dalam realita. Pada prosesnya, emosi dapat muncul karena adanya subjek atau objek yang mempengaruhi penilaian kita terhadap subjek atau objek tersebut. Subjek atau objek tersebut lebih kita kenal sebagai stimulus atau pemicu terjadinya tanggapan yang memunculkan perasaan dari individu atau kelompok. Individu atau kelompok yang terpengaruhi oleh stimulus tadi, lalu meresponnya sebagai emosi.

Emosi ini dapat diklasifikasikan sebagai emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif adalah emosi yang membawa diri kita (sebagai individu atau kelompok) mempunyai output positif, seperti senang, gembira, suka cita, yang dapat kita tangkap dalam senyuman, keceriaan, penuh semangat, dan sebagainya. Sebaliknya, emosi positif merupakan suatu emosi yang mengantarkan diri kita tadi menuju output negatif. Misalnya saja, marah, duka, sedih, yang bisa kita ambil gejalanya dalam kemurungan, menyendiri, lesu, kejenuhan, dan lain-lain. 

Setelah kita mengerti secara garis besar apa pengertian dari emosi tersebut, saya akan lebih menitik-beratkan pembahasan kali ini pada emosi positif. Perbedaan antara emosi yang dapat dirasakan dan ditampilkan disebut disonansi emosional (Hochschild, 1983). Penelitian di ambil dari beberapa kelompok kerja terkait yang memiliki disonansi emosional dengan dimensi inti kejenuhan, kelelahan emosional, dan depersonalisasi (Ashfort & Humphrey, 1993; Bakker & Heuven, 2006; Heuven & Bakker, 2003; Morris & Feldman, 1997). Dalam rangka untuk mengatasi emosi seseorang, berbagai teknik regulasi emosi diusulkan. Dalam penelitian tenaga kerja emosional, yang paling sering dipelajari ialah teknik akting permukaan dan teknik akting yang mendalam. ‘Permukaan’ bertindak mengacu pada perubahan ekspresi emosional tanpa mengubah perasaan yang mendasari, sedangkan ‘kedalaman’ bertindak mengacu pada perubahan kognitif untuk membawa dan merasakan emosi ke dalam keseimbangan dengan emosi yang diperlukan (Grandey, 2000). Beberapa studi telah menunjukkan bahwa teknik akting permukaan merugikan bagi kesejahteraan psikologis seseorang, karena dapat melelahkan secara emosional dan bahkan dapat mempengaruhi fungsi fisiologis (Brotheridge & Grandey, 2002; Brotheridge & Lee, 1998; Gross & Levenson, 1997). Dari salah satu jurnal mengenai pemberian stimulus emosi positif oleh trainee pada petugas polisi, ada hubungan erat antara pemberian emosi positif oleh para trainee (diperankan oleh para aktor profesional secara sukarela) kepada petugas polisi yang menjadi subjek penelitian. Para petugas polisi yang telah dimediasi dan diberi stimulan emosi positif mengalami dampak (atau kita bisa menyebutnya sebagai respon) yang turut mempengaruhi tampilan dan perilaku mereka ke arah yang lebih positif. Hasil dari interaksi tersebut mengindikasikan bahwa setelah treatment diberikan subjek mengalami perluasan perasaan yang terimplementasi ke dalam emosi positif, sehingga subjek merasakan adanya emosi positif dalam dirinya yang turut mempengaruhi pula perilaku posotif secara nyata. Para petugas polisi tadi dalam sosialisasi dengan orang lain dan pelayanannya kepada orang lain cenderung lebih ramah, mudah berinteraksi, pembawaan diri lebih tenang, dan lain sebagainya. Tentu saja perubahan emosi tersebut terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Dari hasil penelitian tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa emosi itu sendiri dipengaruhi oleh intensitas dan lamanya sambutan-sambutan emosional yang ditentukan oleh keadaan fisik dan mental individu serta ditentukan pula oleh keras dan kuatnya stimuli yang menyebabkannya. Emosi itu rupa-rupanya cenderung berlangsung lebih lama sepanjang stimuli itu ada dan berfungsi aktif. Hilangnya stimuli berarti hapus atau lenyapnya emosi. Anggapan ini menunjukkan betapa cepatnya perubahan dan perimbangan yang mungkin terjadi pada reaksi emosional. Juga hal ini membantu dalam menerangkan mengapa seorang individu dapat memiliki sifat emosional yang berupa kebencian pada suatu saat, sedang dengan stimuli yang sama dapat mengalami afeksi yang kuat pada saat berikutnya dan demikianlah seterusnya.

No comments:

Post a Comment